Seni Indonesia Bersinar di Pameran Virtual 2020

Sumber: suara.com

Komunitas Seni Nusantara di Nanjing (Kirana) sukses menggelar pameran seni virtual bertajuk The Reflection of 2020: New Normal–New Artmosphere yang menghadirkan karya 35 seniman Indonesia. Pameran ini menjadi cerminan kreativitas dan adaptasi para seniman di masa pandemi COVID-19 sebelumnya, sekaligus membuktikan bahwa seni tetap hidup dan berkembang meski terbatas oleh jarak dan situasi global.

Di tengah keterbatasan akibat pandemi COVID-19 silam, Komunitas Seni Nusantara di Nanjing (Kirana) berhasil menghadirkan pameran seni virtual bertajuk "The Reflection of 2020: New Normal–New Artmosphere". Pameran ini menjadi wadah ekspresi bagi 35 seniman Indonesia yang menampilkan karya refleksi dan adaptasi terhadap situasi tahun 2020 yang penuh gejolak.

Berlangsung dari 17 September hingga 17 November 2020, pameran daring ini mendapat dukungan penuh dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Shanghai dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) cabang Nanjing. Melalui platform virtual, karya-karya tersebut berhasil menembus batas ruang dan waktu, menjangkau audiens global di berbagai belahan dunia.

Amalia Nur Azizah, Sekretaris Kirana, menuturkan bahwa tema pameran lahir dari dinamika adaptasi kebiasaan baru yang muncul pada masa itu. “Tema ini terilhami dari kebiasaan baru masyarakat dalam menjalani kehidupan selama fase adaptasi normal sebagai masa transisi yang seharusnya diadopsi oleh para seniman untuk mendobrak keterbatasan ruang berkarya,” ujarnya.

Di antara karya yang mencuri perhatian adalah "Bergeraklah!" oleh Nafa Arinda. Menggunakan medium keramik dan kayu menyerupai sendok, Nafa menyampaikan pesan tentang pentingnya tetap aktif, berpikir kritis, dan menjaga solidaritas sosial. Karya ini menjadi simbol harapan agar kreativitas tak pernah padam meski dunia seolah berhenti.

Sementara itu, lukisan "Ja Dense Seul" karya Abimanyu memancarkan optimisme dan semangat untuk terus melangkah di tengah misteri kehidupan. Melalui guratan warna dan simbolisme yang mendalam, ia mengajak publik untuk memaknai ulang makna perjuangan di masa sulit.

Pameran The Reflection of 2020 menjadi representasi nyata bagaimana pandemi bukanlah akhir bagi kreativitas. “Karya-karya para seniman menunjukkan bahwa pandemi bukan alasan untuk berhenti berkarya. Justru saatnya membuktikan bahwa seni tidak akan mati karena virus. Seni selalu lahir dalam bentuk baru, tumbuh dalam benih baru, dan mekar dalam kondisi baru. Yang fana itu pandemi, karya seni itu abadi,” ungkap Amalia.

Lebih dari sekadar pameran, kolaborasi ini adalah sebuah kolase lintas disiplin yang menyatukan berbagai medium dan perspektif. Lukisan, instalasi, dan karya keramik menjadi satu frame kreatif yang memadukan tradisi, spiritualitas, dan refleksi personal para seniman. Semangat MashUp begitu terasa di sini — bagaimana beragam ekspresi berpadu dan menciptakan harmoni yang menyentuh.

Pameran virtual ini pun menjadi tonggak penting bagi komunitas seni Indonesia di luar negeri. Dengan teknologi digital, karya-karya mereka berhasil menjangkau publik luas, memperkuat solidaritas antar-seniman, dan menginspirasi siapa saja yang rindu akan kekuatan seni sebagai ruang penyembuhan dan refleksi.

Selain sebagai wadah ekspresi, pameran ini juga membuka ruang dialog antar-seniman dari berbagai latar belakang dan disiplin seni. Interaksi kreatif ini menghasilkan karya-karya yang tidak hanya merefleksikan pengalaman individu, tetapi juga menggambarkan semangat kolektif menghadapi masa penuh tantangan. Dengan keberagaman medium dan teknik yang digunakan, setiap karya menjadi cerminan unik yang mengajak pengunjung untuk melihat pandemi dari perspektif baru.

Tidak hanya berdampak bagi para seniman dan penikmat seni di Tiongkok, pameran ini juga memberikan inspirasi bagi komunitas seni di Indonesia dan dunia internasional. Melalui kolaborasi daring ini, terlihat bahwa inovasi dan kreativitas mampu melampaui batas geografis dan kondisi sulit sekalipun. The Reflection of 2020 membuktikan bahwa seni adalah bahasa universal yang dapat menyatukan, menguatkan, dan memberikan harapan di saat-saat paling gelap sekalipun.

Momen ini juga menjadi penanda bahwa kreativitas senantiasa menemukan jalannya. Kirana berharap semangat dan pesan yang lahir dari pameran ini terus bergema dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. “Pameran ini adalah bukti bahwa seni tidak mengenal batas. Kreativitas akan selalu menemukan cara untuk bertahan dan berkembang,” pungkas Amalia.

Kini, pameran The Reflection of 2020 telah usai, namun pesannya masih relevan: bahwa seni adalah medium yang hidup dan dinamis, yang mampu merespons zaman dan menghubungkan lintas budaya serta generasi. Sebuah kolase gagasan dan emosi yang mengingatkan kita pada kekuatan seni sebagai jembatan yang menyatukan dan merayakan keberagaman di tengah keterbatasan.

Comments

Popular posts from this blog

Pameran Seni di MRT Bundaran HI Angkat Isu Inovasi dan Perlawanan Budaya Palestina

Basoeki Abdullah: Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Menjelajahi Dunia Seni Lewat Pameran Digital Basoeki Abdullah di Galeri Indonesia Kaya