OGGZ: Seni Jalanan Bertemu Estetika Klasik dalam Pameran "As If"

Sumber: Gajah Gallery

Seniman jalanan OGGZ kembali hadir dengan pameran tunggal As If di Yogyakarta, menghadirkan karya-karya khasnya yang memadukan energi spontan seni jalanan dengan sentuhan estetika klasik galeri. Lewat pameran ini, OGGZ mengajak penonton menelaah ulang persepsi, identitas, dan nilai seni dalam konteks yang berbeda, sekaligus menghadirkan kritik tajam dan humor pada budaya populer dan dunia seni kontemporer.

Seniman jalanan yang dikenal dengan gaya uniknya, OGGZ, kembali hadir dengan pameran tunggal berjudul As If yang dibuka pada 30 November 2024 di Yogyakarta. Dalam pameran ini, OGGZ menggabungkan karakter khasnya—figur setengah badan dengan torso besar dan mata bulat minimalis—dengan estetika seni rupa institusional, menciptakan dialog baru tentang persepsi, identitas, dan nilai dalam seni kontemporer.

Figur-figur khas OGGZ selama ini menghiasi berbagai sudut kota Yogyakarta, mulai dari dinding-dinding kosong hingga atap bangunan, yang menjadi kanvas spontan bagi ekspresinya. Namun, dalam As If, karya-karya ini ditempatkan dalam bingkai-bingkai bergaya klasik yang mewah, menantang pandangan konvensional tentang bagaimana konteks dapat mengubah cara kita memandang dan menilai sebuah karya seni. Apakah sebuah karya menjadi lebih “berharga” saat dipajang dalam ruang galeri dengan aturan ketat? OGGZ tidak memberikan jawaban pasti, melainkan mengajak pengunjung untuk ikut merenung sambil menikmati permainan visual yang ia ciptakan.

Lebih jauh, pameran ini juga menampilkan eksperimen OGGZ dalam mengolah media populer. Ia memanfaatkan bahan-bahan seperti artikel olahraga dan ulasan musik, lalu menyisipkan karakternya ke dalam narasi tersebut. Salah satu karya berjudul Sundul Donk (2024) menghadirkan ulang artikel olahraga dengan mengganti para atlet profesional dengan figur antropomorfik ciptaannya, mengkritik obsesi media terhadap figur heroik dengan sentuhan humor dan satir.

Karya-karya ini bukan sekadar parodi, tapi juga refleksi mendalam soal ego, identitas, dan representasi di tengah budaya digital dan hiperrealitas. Dengan menempatkan dirinya sebagai tokoh utama dalam narasi ulang tersebut, OGGZ mempertanyakan bagaimana masyarakat kini begitu terobsesi dengan pengakuan pribadi dan bagaimana narasi budaya dibentuk serta dikonsumsi.

Pameran As If memperlihatkan perjalanan kreatif OGGZ secara transparan, mulai dari prototipe hingga hasil akhir, membuka kesempatan bagi pengunjung untuk lebih dekat dengan proses di balik karya seni jalanan yang biasa dianggap spontan dan liar. Melalui pameran ini, batas antara seni “tinggi” dan seni populer menjadi kabur, mengajak kita memaknai seni sebagai bahasa universal yang seharusnya dapat dinikmati semua kalangan.

Lebih dari sekadar pameran seni, As If menegaskan OGGZ sebagai pencerita yang mengusung kritik tajam namun penuh humor terhadap struktur dunia seni kontemporer. Ia menantang hierarki tradisional yang sering membuat seni terasa eksklusif, menegaskan bahwa seni adalah milik bersama, bukan hanya milik segelintir orang terpilih.

As If akan berlangsung hingga 30 Desember 2024 di Yogyakarta. Pameran ini menjadi kesempatan unik untuk melihat bagaimana seni jalanan dan seni institusional dapat berinteraksi, memunculkan wacana baru soal nilai dan identitas dalam seni masa kini. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan karya-karya yang tidak hanya memikat mata, tapi juga mengajak berpikir kritis tentang seni dan budaya modern.









Comments

Popular posts from this blog

Pameran Seni di MRT Bundaran HI Angkat Isu Inovasi dan Perlawanan Budaya Palestina

Basoeki Abdullah: Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Menjelajahi Dunia Seni Lewat Pameran Digital Basoeki Abdullah di Galeri Indonesia Kaya