Kolase Imajinasi: ‘Subliminal Maya’ di RUCI Art Space
Tiga perupa muda Indonesia: Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi, menampilkan kolase imajinasi dan simbol budaya dalam pameran Subliminal Maya di RUCI Art Space, Kebayoran Baru. Melalui medium yang beragam dan gaya yang unik, ketiganya menyuguhkan pengalaman visual lintas disiplin yang memadukan tradisi, spiritualitas, dan refleksi manusia dalam satu ruang pameran yang memikat.
RUCI Art Space di Kebayoran Baru kembali menghadirkan pameran seni kontemporer bertajuk Subliminal Maya, menampilkan karya tiga perupa muda: Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi. Pameran ini mengajak pengunjung menyelami dunia simbolik dan refleksi budaya melalui medium yang beragam.
Kurator Sudjud Dartanto menjelaskan bahwa pameran ini mengeksplorasi pesan-pesan bawah sadar yang disampaikan melalui simbol dan tanda dalam karya masing-masing seniman. "Di lukisan-lukisan Khadir, eksistensi manusia sangat kuat. Lain halnya dengan karya Kuncir dan Alwi yang sedang meneruskan tradisi dalam cara yang lebih kontemporer," ujarnya.
Khadir Supartini menghadirkan lukisan berskala besar dengan nuansa gelap menggunakan charcoal, seperti End of the Night dan Run After, yang menggambarkan eksistensi manusia yang terasing serta ambisi dasar manusia. Beberapa karyanya juga menampilkan elemen neon yang menyala, menambahkan dimensi baru pada kanvasnya.
Sementara itu, Kuncir Sathya Viku, seniman asal Bali, menggabungkan simbol-simbol rerajahan tradisional dengan elemen modern seperti telepon seluler dalam lukisannya. Gaya kamasan khas Bali dipadukan dengan sentuhan neo-dekoramagis, menciptakan karya yang menyenangkan namun sarat makna.
M.S. Alwi dari Banda Neira menampilkan soft sculpture berbahan paper clay yang menyerupai artefak dan totem masa lampau. Karyanya mengangkat mitologi budaya maritim, dengan simbol-simbol dewa dan dewi yang dibuat lebih playful, namun tetap mempertahankan nilai sejarah dan tradisi.
Ruang galeri di RUCI Art Space dipenuhi suasana hening dan intens, mengundang pengunjung untuk menyelami detail-detail visual yang saling bersinggungan. Setiap sudut ruangan seolah menjadi jendela baru ke dunia imajinasi para perupa, memperlihatkan bagaimana tema personal dan budaya dapat bersatu dalam harmoni visual.
Kombinasi karya tiga seniman ini menjadi sebuah kolase kreativitas yang dinamis. Dari simbol-simbol spiritual hingga mitologi maritim, dan dari lukisan neon ke patung totemik, pengunjung diajak menjelajah beragam narasi yang saling bersilangan.
Pameran Subliminal Maya akan berlangsung hingga 29 Juni 2025, menjadi pengalaman visual yang mendalam bagi siapa pun yang ingin menyelami keragaman perspektif seni kontemporer Indonesia.
Comments
Post a Comment