Galeri NuArt Bandung Gelar Pameran “Mekanisme Pertahanan Manusia” yang Mengajak Refleksi Mendalam

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024 (Sumber: tempo.com)

Galeri NuArt Bandung baru saja menggelar pameran seni bertajuk “Mekanisme Pertahanan Manusia” yang berlangsung sejak 20 Juli hingga pertengahan Agustus lalu. Pameran ini menghadirkan karya-karya yang mengeksplorasi bagaimana manusia beradaptasi dan melindungi diri dari berbagai tekanan fisik, psikologis, dan sosial di tengah dinamika kehidupan modern.

Galeri NuArt di Bandung baru saja menggelar pameran seni bertajuk “Mekanisme Pertahanan Manusia” yang berlangsung sejak Sabtu, 20 Juli hingga pertengahan Agustus lalu. Pameran ini berhasil menghadirkan rangkaian karya yang mengeksplorasi bagaimana manusia beradaptasi dan melindungi diri dari berbagai tekanan, baik fisik, psikologis, maupun sosial.

Sebagai salah satu galeri seni kontemporer ternama di Bandung, NuArt mengusung konsep kolaboratif yang melibatkan sejumlah seniman, ilmuwan, dan penggiat budaya dari berbagai latar belakang. Tema besar mengenai ketahanan manusia ini diolah melalui beragam media dan teknik, dengan tujuan mengajak pengunjung merenungkan berbagai bentuk pertahanan yang dimiliki manusia di era modern.

Kurator pameran, R.E. Hartanto, mengungkapkan bahwa tema “mekanisme pertahanan” dipilih sebagai respons atas kompleksitas dunia saat ini yang penuh dengan ancaman dan perubahan cepat. “Manusia tidak hanya menghadapi bahaya fisik, tapi juga tekanan mental dan tantangan sosial yang terus berkembang. Melalui pameran ini, kami ingin mengajak publik memahami bagaimana manusia mempertahankan diri dalam konteks yang lebih luas,” ujarnya.

Selama masa pameran, pengunjung dapat menyaksikan berbagai instalasi dan patung yang menggambarkan wujud-wujud pertahanan manusia. Ada karya yang menampilkan figur manusia dalam berbagai posisi yang melambangkan upaya menahan diri, bersembunyi, bahkan bertahan melawan ancaman. Beberapa instalasi bersifat interaktif, memberikan pengalaman yang membuat pengunjung merasa terlibat langsung dalam proses ketahanan tersebut.

Salah satu karya yang mendapat perhatian adalah patung logam dengan detail tinggi yang menggambarkan sosok manusia seolah-olah dilindungi oleh pelindung mekanis, melambangkan sistem imun tubuh yang selalu siaga menjaga kesehatan. Di sisi lain, lukisan dengan warna-warna kuat mengekspresikan tekanan psikologis dan emosional yang kerap dialami di kehidupan sehari-hari.

Selain aspek fisik, pameran juga mengangkat dimensi sosial dan budaya dari mekanisme pertahanan manusia. Beberapa karya mengintegrasikan simbol-simbol tradisional dan motif etnik, menegaskan pentingnya nilai-nilai kolektif dan budaya sebagai “benteng” identitas yang melindungi manusia dari kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi.

Kolaborasi antara seni dan sains menjadi daya tarik utama pameran ini. Kehadiran ilmuwan dalam proses kreatif memberikan dimensi baru sehingga karya tidak sekadar visual, tetapi juga sarat makna biologis dan psikologis. Salah satu instalasi interaktif bahkan menggunakan sensor untuk merekam reaksi pengunjung, kemudian menampilkan data tersebut dalam bentuk seni kinetik yang dinamis.

Banyak pengunjung yang mengaku terkesan dengan konsep pameran yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu dan medium seni menjadi sebuah pengalaman reflektif dan interaktif. Sari, seorang mahasiswa seni rupa yang hadir pada pembukaan, menyatakan, “Pameran ini membuka wawasan saya bahwa seni bukan hanya soal keindahan, tapi juga cara memahami dan menyikapi tantangan hidup.”

Selain pameran, selama masa acara digelar pula diskusi dan workshop yang mengajak pengunjung berdialog langsung dengan para seniman dan kurator. Kegiatan tersebut bertujuan memperdalam pemahaman publik terhadap tema pertahanan manusia serta proses kreatif di balik karya-karya yang dipamerkan.

Meski pameran “Mekanisme Pertahanan Manusia” telah berakhir, karya-karya yang dipamerkan meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Pameran ini mempertegas posisi Galeri NuArt sebagai ruang penting yang tidak hanya menampilkan seni rupa kontemporer, tetapi juga membuka ruang dialog tentang isu-isu sosial dan budaya terkini.

Dengan tema yang kuat dan karya yang mengajak refleksi, pameran ini menjadi bukti bahwa seni selalu menjadi medium vital untuk mengekspresikan dan memahami kompleksitas kondisi manusia di zaman modern.




Comments

Popular posts from this blog

Pameran Seni di MRT Bundaran HI Angkat Isu Inovasi dan Perlawanan Budaya Palestina

Basoeki Abdullah: Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Menjelajahi Dunia Seni Lewat Pameran Digital Basoeki Abdullah di Galeri Indonesia Kaya