ARTJOG 2021 Menjadi Ruang Menyala di Tengah Sunyi
Setelah jeda panjang karena pandemi, dunia seni mulai kembali bernapas. ARTJOG 2021 tak hanya hadir sebagai agenda tahunan, tapi menjadi tempat pelarian yang menawarkan keajaiban, perenungan, dan secercah harapan. Mengangkat tema “Time (to) Wonder”, pameran ini mengundang pengunjung untuk meluangkan waktu, menyelami makna di balik karya, dan membangkitkan kembali rasa ingin tahu yang lama terpendam. Di tiap sudut Jogja National Museum, seni berbicara dengan cara yang lebih personal, terbuka, dan menyentuh.
Di tengah kondisi dunia yang masih penuh ketidakpastian, sebuah ruang hadir untuk menawarkan harapan, keajaiban, dan ruang refleksi yang tak biasa. ARTJOG 2021, yang digelar di Jogja National Museum, menjadi penanda bahwa seni masih hidup, tumbuh, dan memberi arti—bahkan di masa sulit. Dengan mengusung tema “Time (to) Wonder”, pameran seni kontemporer tahunan ini tak sekadar menghadirkan karya, tapi juga pengalaman penuh makna yang mengajak setiap orang untuk kembali bertanya, kembali merasakan, dan kembali membayangkan masa depan.
Sejak awal memasuki area pameran, atmosfer yang terasa bukan hanya visual. Ada nuansa yang halus namun kuat—campuran antara kekaguman, keheningan, dan rasa penasaran yang terpancar dari wajah para pengunjung. Instalasi seni yang ditampilkan tidak lagi berada pada jarak yang kaku antara pencipta dan penikmat. Beberapa karya justru meminta partisipasi aktif dari pengunjung, menghadirkan elemen interaktif berupa cahaya, suara, bahkan gerak tubuh yang menjadi bagian dari esensi karya itu sendiri.
Dalam ruang gelap yang hanya disinari oleh lampu-lampu tematik, salah satu karya menampilkan efek visual yang berubah mengikuti gerakan pengunjung. Di sudut lain, pengunjung dapat duduk, mendengarkan rekaman suara personal seniman, atau menyusuri lorong yang membawa mereka pada pengalaman ruang dan waktu yang berbeda. ARTJOG tidak lagi hanya menjadi tempat melihat seni, tapi tempat mengalami seni secara utuh—dengan indera, emosi, dan pemikiran.
Namun daya tarik ARTJOG 2021 tidak berhenti pada bentuk atau kemasan karyanya. Tahun ini, penyelenggara juga membuka ruang yang lebih inklusif melalui program ARTJOG Reside, yang menghadirkan seniman-seniman disabilitas sebagai bagian dari pameran utama. Keikutsertaan mereka bukan sekadar bentuk representasi, melainkan pengakuan terhadap kapasitas kreatif yang dimiliki oleh semua orang, tanpa batasan fisik maupun sosial.
Salah satu pengunjung, Ana (27), mengungkapkan kekagumannya terhadap karya dari seniman tunanetra yang menggunakan tekstur dan bunyi sebagai medium utama. “Awalnya saya ragu bisa memahami pesannya. Tapi justru karena saya harus mendengar dan menyentuh, saya jadi merasa lebih terhubung,” ujarnya.
Inklusivitas ini menunjukkan bahwa seni tak lagi hanya hadir untuk dinikmati oleh kalangan tertentu. Sebaliknya, ia menjadi alat yang menjembatani perbedaan, membuka ruang diskusi, dan menghadirkan narasi-narasi yang mungkin selama ini terpinggirkan.
Selain dari sisi konten, ARTJOG 2021 juga menjadi bukti bagaimana event seni bisa beradaptasi dengan realitas baru. Protokol kesehatan diterapkan dengan ketat, dari pembatasan jumlah pengunjung, registrasi daring, pengecekan suhu tubuh, hingga jalur satu arah dalam ruang pamer. Bahkan sebagian program disiarkan secara daring agar dapat diakses oleh publik yang tak bisa hadir secara fisik.
Pengalaman hybrid ini justru memperluas jangkauan pameran. Pengunjung dari luar kota atau luar negeri masih bisa menikmati diskusi, pertunjukan, dan sesi-sesi artist talk melalui platform digital. Bagi banyak orang, ini menjadi solusi ideal: seni tetap hadir, namun tanpa melupakan keamanan dan aksesibilitas.
Namun apa yang membuat ARTJOG tetap istimewa dari tahun ke tahun bukan hanya karena karya-karyanya yang selalu segar dan kontekstual. Ia adalah festival yang tumbuh bersama ekosistem seni Yogyakarta—dan sebaliknya. Di sekitar Jogja National Museum, kafe-kafe artistik, toko buku independen, dan ruang komunitas menjadi bagian dari pengalaman berkunjung ke ARTJOG. Banyak pengunjung memanfaatkan momen ini untuk menjelajahi kota, bertemu seniman, berdiskusi, dan bahkan ikut dalam lokakarya.
Kombinasi antara atmosfer kota, keterbukaan ruang diskusi, dan semangat kolaboratif menjadikan ARTJOG bukan sekadar pameran, tapi artventure—petualangan seni yang penuh kejutan dan pemaknaan.
Menjelang akhir sesi kunjungan, salah satu karya video menampilkan montase tentang waktu dan harapan. Di layar besar, potongan-potongan kehidupan direkam dengan lembut, mengingatkan bahwa waktu tak pernah benar-benar berhenti, meski kita sempat merasa terdiam. Dan mungkin inilah pesan terbesar dari ARTJOG 2021: bahwa di tengah keterbatasan, seni selalu menemukan cara untuk berbicara—dan membuat kita kembali percaya.
ARTJOG tahun ini bukan hanya ruang melihat karya, tetapi ruang menyelami dunia batin para pencipta, dan pada akhirnya, menyelami diri sendiri. Sebuah perjumpaan yang mungkin kita rindukan selama ini: jujur, hangat, dan penuh imajinasi.
Comments
Post a Comment