Melihat Dunia dari Sudut Berbeda lewat Goresan Pablo Picasso

Pablo Picasso. (Magnum Photos/Rene Burri via Britannica)

Pablo Picasso tak hanya menciptakan karya seni, ia menciptakan cara baru untuk melihat dunia. Lewat goresan yang berani dan sudut pandang yang tak biasa, sang maestro kelahiran Spanyol ini mengguncang dunia seni dengan melahirkan Kubisme—aliran yang menolak realitas tunggal dan membuka mata kita pada keragaman perspektif dalam satu bingkai.

Di balik setiap goresan kuas Pablo Picasso, tersimpan cara pandang baru yang mengguncang dunia seni rupa. Nama Picasso tak pernah lekang dari ingatan para pecinta seni, bukan hanya karena produktivitasnya yang luar biasa, tetapi juga karena keberaniannya mengubah arah sejarah seni modern. Ia adalah pencetus gerakan Kubisme, sebuah pendekatan revolusioner yang mengajak mata manusia melihat dunia dari banyak sisi dalam satu bingkai.

Lahir di Málaga, Spanyol pada 25 Oktober 1881, Picasso sejak kecil menunjukkan bakat seni yang menonjol. Tapi siapa sangka, kelak ia tak hanya menjadi pelukis besar, melainkan pelopor gerakan seni yang mematahkan batas tradisi. Bersama rekannya sesama seniman, Georges Braque, Picasso mencetuskan Kubisme—aliran yang menolak perspektif tunggal dan menggantinya dengan struktur geometris dari berbagai sudut pandang sekaligus.

Perkenalan publik terhadap Kubisme dimulai pada 1907 lewat lukisan kontroversial Picasso berjudul Les Demoiselles d’Avignon. Karya ini memicu diskusi panjang di kalangan seniman dan kritikus karena menyajikan figur manusia dalam bentuk yang terpecah-pecah, kasar, dan terdistorsi. Lukisan tersebut dianggap sebagai titik awal dari lahirnya Kubisme, sebuah bahasa visual baru yang lebih konseptual daripada realistis.

Dalam perkembangannya, Kubisme terbagi menjadi dua fase utama. Pertama, fase Kubisme Analitik, di mana objek-objek direduksi ke dalam bentuk-bentuk geometris sederhana seperti silinder, kubus, dan kerucut. Warna-warna yang digunakan pun cenderung monokromatik, mengarahkan fokus pada struktur dan volume.

Kemudian datang fase Kubisme Sintetis yang memperkenalkan unsur kolase dan warna yang lebih berani. Di fase ini, Picasso dan Braque mulai menyusun elemen-elemen visual menjadi simbol-simbol baru yang lebih mudah dikenali, seolah menyatukan realitas dengan imajinasi.

Pengaruh Kubisme menyebar dengan cepat, tak hanya di dunia lukis, tetapi juga merembet ke arsitektur, desain grafis, bahkan sastra dan musik. Di tengah dinamika seni Eropa abad ke-20, Kubisme menjadi cikal bakal dari gerakan seni modern lainnya seperti Futurisme dan Dadaisme. Banyak seniman terinspirasi dari pendekatan Picasso, termasuk Juan Gris, Fernand Léger, dan Robert Delaunay.

Meski dikenal luas karena Kubisme, Picasso bukan seniman yang terjebak dalam satu gaya. Ia menjelajah berbagai aliran, dari periode biru dan merah mudanya yang penuh emosi, hingga karya-karya politiknya seperti Guernica yang menggambarkan horor perang dengan cara yang simbolik dan mendalam. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah berhenti bereksperimen.

Picasso juga memiliki pandangan unik tentang seni. Ia pernah berkata, “Saya tidak mencari, saya menemukan.” Kalimat ini mencerminkan semangatnya dalam menciptakan karya tanpa batas, membiarkan ide-ide mengalir bebas tanpa dibatasi oleh aturan atau ekspektasi.

Hingga akhir hayatnya pada 8 April 1973, Picasso telah menciptakan lebih dari 20.000 karya seni, mencakup lukisan, patung, keramik, dan cetakan. Warisannya terus hidup, baik di museum-museum ternama dunia maupun dalam inspirasi yang menggerakkan seniman masa kini.

Dalam dunia seni rupa modern, Picasso bukan hanya dikenang sebagai pelukis jenius, melainkan juga pemikir visual yang berani menantang cara manusia melihat dunia. Melalui Kubisme, ia mengajarkan bahwa satu gambar bisa mengandung banyak cerita, banyak sudut pandang, dan banyak makna. Kini, lebih dari seabad setelah munculnya Les Demoiselles d’Avignon, karya dan semangat Picasso masih menjadi cermin yang memantulkan kemungkinan tak terbatas dalam seni.

Sebuah pelajaran dari sang maestro: kadang, untuk benar-benar memahami sesuatu, kita harus melihatnya tidak hanya dari satu sisi—tetapi dari semua sisi yang mungkin.

Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2024/05/20/200000779/pablo-picasso-pelopor-karya-seni-rupa-kubisme

Comments

Popular posts from this blog

Pameran Seni di MRT Bundaran HI Angkat Isu Inovasi dan Perlawanan Budaya Palestina

Basoeki Abdullah: Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Menjelajahi Dunia Seni Lewat Pameran Digital Basoeki Abdullah di Galeri Indonesia Kaya