130.000 Tahun Lalu Seni Sudah Menyentuh Bumi
Di sebuah gua batu kapur di Sulawesi Selatan, sepotong sejarah baru tentang seni ditemukan—bukan di atas kanvas atau dinding, melainkan dalam bentuk patung pari berusia 130.000 tahun. Temuan ini mengubah peta sejarah seni rupa dunia, sekaligus mengungkap bahwa kebutuhan manusia untuk mengekspresikan diri melalui seni sudah ada jauh sebelum yang selama ini diyakini.
Penemuan arkeologis kembali mengguncang dunia ilmu pengetahuan, kali ini datang dari pesisir selatan Afrika Selatan. Para peneliti berhasil menemukan sebuah patung berbentuk ikan pari yang diperkirakan berusia 130.000 tahun. Penemuan ini bukan hanya penting dari sisi sejarah seni, namun juga menjadi bukti nyata bahwa manusia purba telah memiliki kemampuan artistik dan representatif jauh sebelum masa yang selama ini dipercaya sebagai awal mula seni figuratif.
Patung kecil ini ditemukan di area Still Bay, sekitar 330 kilometer dari Cape Town. Meskipun bentuknya sederhana dan sebagian rusak, detail yang masih tersisa cukup untuk mengidentifikasinya sebagai representasi ikan pari biru atau Dasyatis chrysonata, spesies yang umum ditemukan di pantai selatan Afrika. Para arkeolog yang melakukan penggalian bersama tim dari Nelson Mandela University menyimpulkan bahwa bentuk patung tersebut bukan hasil dari proses alami, melainkan buah dari keterampilan tangan manusia purba yang dengan sengaja membentuknya dari batuan pasir.
Usia dari artefak ini menjadikannya sebagai salah satu—jika bukan yang tertua—contoh seni figuratif yang pernah ditemukan. Sebelumnya, dunia mengenal lukisan babi di Sulawesi, Indonesia, yang diperkirakan berusia sekitar 45.500 tahun sebagai karya seni figuratif tertua. Dengan penemuan terbaru ini, garis waktu sejarah seni harus direvisi. Patung ikan pari tersebut membuktikan bahwa manusia telah mampu menciptakan bentuk visual dari objek nyata—dalam hal ini binatang laut—jauh lebih awal daripada yang pernah didokumentasikan.
Penemuan ini pun memunculkan pertanyaan penting: apa yang mendorong manusia purba menciptakan seni pada masa yang sangat awal ini? Apakah ini sekadar latihan estetika? Apakah bentuk ikan pari memiliki makna simbolik, religius, atau kultural tertentu dalam komunitas mereka? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini masih menjadi bahan penelitian lanjutan, namun satu hal yang pasti, penciptaan objek semacam ini menunjukkan adanya kesadaran manusia terhadap lingkungan serta kemampuan untuk memprosesnya dalam bentuk artistik.
Dari sudut pandang ilmu kognitif, keberadaan seni pada masa prasejarah merupakan indikator penting tentang evolusi otak manusia. Proses menciptakan representasi visual dari sesuatu yang dilihat atau dibayangkan memerlukan kemampuan berpikir abstrak, ingatan visual, keterampilan motorik halus, dan bahkan kemungkinan adanya komunikasi simbolik antarindividu. Patung pari dari Still Bay menjadi bukti bahwa manusia telah memiliki semua itu lebih dari 100.000 tahun yang lalu.
Secara antropologis, seni adalah bagian tak terpisahkan dari kebudayaan. Bahkan dalam masyarakat paling awal sekalipun, kegiatan artistik diyakini berkaitan erat dengan upacara, ritual, atau sistem kepercayaan. Patung ikan pari ini, dalam konteks tersebut, bisa jadi bukan hanya karya seni tetapi juga sarana spiritual atau alat bantu dalam aktivitas sosial masyarakat masa itu. Kemungkinan ini tentu masih memerlukan penggalian lebih jauh terhadap konteks arkeologis tempat ditemukannya patung tersebut.
Temuan luar biasa ini juga memperluas peta geografis seni prasejarah. Selama ini, banyak penelitian tentang seni purba berfokus di Eropa dan Asia Tenggara, terutama dengan ditemukannya lukisan gua dan patung kecil dari zaman Paleolitik di wilayah-wilayah tersebut. Afrika, meskipun dikenal sebagai tempat asal-usul umat manusia, justru relatif minim dalam hal penemuan seni figuratif awal. Karena itu, patung ikan pari ini bukan hanya menambah satu artefak penting ke dalam sejarah seni, tetapi juga menguatkan posisi Afrika dalam narasi global perkembangan budaya manusia.
Dalam perkembangan dunia seni rupa kontemporer, penemuan ini memberikan resonansi yang menarik. Banyak seniman masa kini yang menggali akar-akar budaya dan sejarah sebagai bahan eksplorasi kreatif. Fakta bahwa nenek moyang manusia telah menciptakan seni 130.000 tahun lalu bisa menjadi inspirasi dan refleksi bahwa kecenderungan manusia untuk menciptakan dan mengekspresikan diri lewat medium visual telah tertanam sejak awal peradaban.
Penemuan ini akhirnya menjadi pengingat bahwa seni bukanlah produk modernitas atau peradaban tinggi, tetapi bagian esensial dari menjadi manusia. Sejak dulu, manusia tidak hanya berusaha bertahan hidup, tetapi juga menciptakan, merepresentasikan, dan mungkin bahkan bermimpi. Dan semua itu, terkadang, bisa diwujudkan dalam bentuk sederhana seperti sebuah patung kecil berbentuk ikan pari.
Comments
Post a Comment