Menyelami Perlawanan Budaya Palestina Lewat Karya Seni di MRT Bundaran HI

Di tengah deru konflik dan upaya penghapusan identitas, seni menjadi senjata yang tak bisa dibungkam. Pameran “This is Not an Exhibition: Sumoud, Ramadan, Palestine Cultural Resistance” di Creative Hall MRT Bundaran HI membuka ruang bagi suara yang kerap terpinggirkan—suara perlawanan, ketahanan, dan harapan rakyat Palestina. Melalui lukisan, kolase, dan karya digital, seniman dari berbagai latar belakang menghadirkan narasi yang lebih dari sekadar estetika, tetapi juga bentuk solidaritas global terhadap perjuangan yang terus berlanjut.

Seni tidak hanya sekadar medium ekspresi, tetapi juga menjadi sarana perlawanan terhadap penindasan dan penghapusan identitas budaya. Hal ini terlihat dalam pameran “This is Not an Exhibition: Sumoud, Ramadan, Palestine Cultural Resistance” yang digelar di Creative Hall MRT Bundaran HI pada 5–9 Maret 2025. Sejumlah karya seni yang ditampilkan dalam pameran ini tidak hanya menyampaikan keindahan visual, tetapi juga merekam perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan sejarah dan identitas mereka.

Salah satu karya yang menarik perhatian adalah kolase kertas di atas kanvas berjudul Husam Abu Bakr & Solidarity for Palestine (2025). Karya ini merupakan hasil dari lokakarya “Membuat Karya Seni & Berdiskusi dengan Aktivis Palestina dari Suriah”, yang diadakan oleh Against Dehumanization bersama Husam Abu Bakr dan para peserta. Husam sendiri adalah seorang aktivis Palestina yang lahir dan besar di Suriah, sebelum akhirnya pindah ke Jerman. Karya ini menggambarkan solidaritas diaspora Palestina yang tetap mempertahankan identitas dan perjuangannya meskipun terpisah dari tanah air mereka.

Selain itu, terdapat karya Pengorbanan karya Bashir Sinwar, yang menggunakan cat minyak di atas kanvas berukuran 84 x 104,5 cm. Lukisan yang dikoleksi oleh George Al-Ama ini menyiratkan makna ketahanan dan harga yang harus dibayar dalam perjuangan panjang rakyat Palestina. Sapuan kuas yang tegas dan palet warna yang mencolok menghadirkan ketegangan yang mencerminkan realitas kehidupan di tengah konflik.

Tak kalah mencolok adalah 20 Target, Seri Dinding Gaza karya Laila Shawa. Karya ini berupa cetak digital di atas kertas berukuran 81,5 x 61,5 cm dan merupakan bagian dari koleksi The Bank of Palestine. Melalui eksplorasi visual yang tajam, Shawa menyoroti bagaimana dinding yang seharusnya menjadi pelindung justru berubah menjadi batasan fisik yang mengekang kebebasan rakyat Palestina.


Setiap karya dalam pameran ini memberikan sudut pandang berbeda tentang perjuangan Palestina, baik dari sisi historis, sosial, maupun politik. Pameran ini tidak hanya menghadirkan seni sebagai ekspresi estetika, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan narasi yang sering kali diabaikan oleh dunia internasional.

Dengan menghadirkan berbagai medium dan perspektif, “This is Not an Exhibition” memperlihatkan bahwa seni bisa menjadi suara bagi mereka yang ditindas, sekaligus menjadi pengingat bahwa perlawanan budaya terus berlangsung melalui berbagai bentuk kreativitas.



Comments

Popular posts from this blog

Pameran Seni di MRT Bundaran HI Angkat Isu Inovasi dan Perlawanan Budaya Palestina

Basoeki Abdullah: Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Menjelajahi Dunia Seni Lewat Pameran Digital Basoeki Abdullah di Galeri Indonesia Kaya